Stasiun Cikini

Stasiun Cikini kini kondisinya berbeda, tidak ada lagi pedagang kranjang souvenir di dalam stasiun karena dilarang, meskipun begitu mereka tetap berjualan di luar stasiun di sepanjang trotoar. Sebenarnya akan lebih baik jika mereka diberikan tempat resmi di dalam stasiun yang lebih rapi dan teratur.

Sidang Tilang

Melanjutkan posting tentang Tilang sebelumnya, akhirnya tiba saatnya jadwal sidang di PN Jakarta Pusat. Saya parkir mobil di kantor dan menuju ke PN naik bus TransJakarta dari halte Tosari turun di Halte Harmoni. Sebenarnya lebih dekat jika saya turun di Halte Sawah Besar depan Gajah Mada Plaza.

Sampai di Pengadilan sudah disambut oleh calo didepan pintu masuk, mereka menawarkan jasa pengurusan sidang Tilang. Salah satu calo menawarkan biaya 150 ribu tinggal menunggu saja untuk diambilkan dokumen yg disita. Karena ingin mengikuti prosedur yg benar saya tolak tawaran calo tersebut. Ternyata di calo hanya berani berkeliaran di luar PN, didalam sama sekali tidak ada calo.

Proses sidang (sebenarnya lebih tepat disebut proses pengambilan SIM , karena tidak ada hakim dan ) sangat cepat. Pertama saya ambil no antrian di meja pengambilan nomor dan menyerahkan formulir tilang warna merah. Kemudian menunggu sebentar dan nomor saya dipanggil di urutan ke tiga. Didepan meja ‘sidang’ tinggal menyerahkan nomer dan disuruh membayar sesuai pasal kesalahannya, saya harus membayar 100 ribu. Setelah membayar petugas langsung menyerahkan SiM yang disita.

Total waktu yang dibutuhkan dari saat mengambil nomor hingga dapat SIM tidak lebih dari 10 menit. Justru waktu paling lama adalah waktu menunggu transJakarta di halte.

Mari jadi warga yang baik, jangan menyuap petugas kalau melakukan pelanggaran lalu lintas, sudah salah melanggar ditambah lagi kesalahannya dg menyuap petugas.

Berdoa

Makin banyak saja orang yang memohonkan doa kepada Allah melalui status, apakah itu status Blackberry Messenger, Facebook, Twitter atau media sosial lainnya.

Ada yang berdoa menggunakan bahasa arab, bahasa indonesia bahkan bahasa sunda atau jawa. Allah maha mendengar do’a hambanya, walaupun Allah tidak mempunyai PIN  namun saya yakin Allah mendengar dan membaca doa mereka. Semoga doa doa mereka dikabulkan Allah SWT bagiamanapun cara dan media mereka berdoa. Amien

TMII – Taman untuk Rakyat ?

Harga tiket masuk Taman Mini Indonesia Indah memang murah rata-rata 9000 rupiah per kepala, kalau cuma sekedar berjalan-jalan dan masuk ke anjungan daerah tidak perlu tambahan biaya, namun kalau uang di dompet terbatas jangan coba-coba masuk ke tempat hiburan.

Masuk ke Istana anak-anak saja harus membayar 7000 per kepala, taman burung lebih mahal lagi, 15 ribu per kepala. Juga jangan membeli makanan dan minuman, aqua botol kecil harganya 4000. Apalagi kalau mau masuk snowbay yang tiketnya 100000 hingga 120000
Kalau mau kencing ditunda saja dulu karena harus membayar 2000 sekali masuk dengan kondisi toilet yang jauh bila dibandingkan toilet di Mall yang gratis.

BB Mail

Arogan

Foto ini saya ambil dari status Blackberry teman saya di Jogja dengan judul status ‘ <– Arogan’ menunjuk ke gambar PP blackberry, banyak contoh lain arogansi yang mengatasnamakan warga, bahkan ada juga arogansi yang mengatasnamakan budaya.

Salah satu contoh arogansi yang mengatasnamakan budaya di kota budaya Yogyakarta adalah aturan tidak tertulis yang menyatakan bahwa kalau kita bertanya kepada orang harus turun dari kendaraan, jika kita bertanya alamat tanpa turun dari kendaraan maka akan di blasukkan (disesatkan) . Hal ini merupakan unggah ungguh yang mengatasnamakan budaya sopan santun namun sebenarnya menunjukkan arogansi warga. Di Jakarta dulu saya selalu turun dari motor kalau tanya alamat, namun ternyata orang jakarta lebih bisa menerima walaupun kita tanya alamat dengan posisi diatas motor yang mesinnya masih menyala, orang jakarta akan dengan senang hati menunjukkan tempat apabila mereka tau alamat yang ditanyakan, jika mereka tidak tau akan terus terang dengan mengatakan ‘maaf saya orang baru disini’ .

Bentuk unggah ungguh lain yang tidak berlaku di jakarta tetapi berlaku di Jogja antara lain, kalau kita melewati gang sempit motor harus dituntun dan dimatikan mesinnya, padahal kalau di Jakarta kita bebas naik motor walaupun melewati gang sesempit apapun.

Apakah orang Jogja lebih arogan dari orang Jakarta ? Belum tentu, mungkin karena kota Jogja yang sudah tua dan memelihara budayanya sehingga aturan ini yang dulunya berlaku bagi orang yang naik kuda masih berlaku juga bagi orang yang naik motor atau mobil.

BB Mail

Berita Ramutu

Teman saya berkomentar tentang berita akhir-akhir ini yang banyak dimuat di koran daring Detik.com, katanya semenjak dibeli oleh transcorp berita-berita di detik menjadi tidak bermutu (orang jogja bilang ramutu). Beitar tidak penting di muat secara berlebihan sehingga membuat muak sudah seperti berita infotaintment di TV saja. Dulu orang membaca Detik untuk mencari alternatif berita yang tidak muncul di TV, tapi sekarang apa yang banyak muncul di TV muncul juga di Detik.

Selain beritanya ramutu, selingan iklannya juga semakin banyak, bahkan ada iklan yang menyerupai berita,